Sungguh tidak pernah terbayangkan dan terpikir olehku, ketika kau mengajakku menemui ayahmu. Dulu di masa awal kita bertemu kau selalu menolak keinginanku untuk bertemu dengan lelaki terhebatmu. Kau tahu sebenarnya aku canggung dan merasa was-was jikalau hubungan kita tidak direstuinya. Setiap lelaki apalagi seorang ayah takkan mungkin mau melepaskan putri mereka ke pada lelaki yang tak layak. Permintaanku ingin bertemu dengan lelaki terhebatmu benar-benar terjadi dan aku masih belum mampu berbicara sepatah kata pun padanya.
Kalau tidak salah ingat dua atau tiga tahun, kau baru berkata sejujurnya bahwa ayahmu telah tiada. Padahal kita menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai dan kau masih tetap menyembunyikan kepulangan ayahmu ke sisi-Nya di masa-masa aku mencari kejujuran di sepasang matamu.
Aku sangat menyesali ketertutupanmu dan sesal itu telah kuhapus setelah kita berziarah ke nisan lelaki terhebatmu. Aku sangat mengakui bila dibandingkan ayahmu, aku tidaklah ada apa-apanya. Kasih sayang yang diberikan dan pengorbanannya tidaklah bisa dibandingkan dengannya.
Lidahku kelu, jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. Wahai ayah dari perempuan yang sangat kusayangi. Tak ada keraguan untukmu yang menyayangi putrimu. Aku akan terus belajar mencinta putrimu seperti engkau mencintainya. Berharap indahnya cinta Ali dan Fattimah Azzahra ada pada kami.
Putrimu sekarang tidak secemberut saat-saat pertama kali kami bertemu. Ada keyakinan dalam dirinya melewati hari-hari tanpamu. Walau terkadang aku tahu dia masih menyimpan cemburunya untukku dan menyembunyikan kelelahan yang dihadapinya tanpa hadirmu. Dia bilang aku adalah teman terbaiknya dan juga kekasih terhebatnya. Tenang saja dirimu tetaplah tidak tergantikan sebagai lelaki terhebat yang pernah dia miliki. Untuk itu aku sangat berharap kau memberikan restu, merelakan, dan memercayakan aku membawanya pada suatu hari nanti.
Aku tahu hidupku masih jauh dari berkecukupan, bukan berarti aku tanpa usaha. Putrimu masih suka bermanja-manja dan aku suka itu, tetapi sekarang putrimu sudah jauh lebih kuat. Ia tidak lagi suka mengeluh walau terkadang masih lihai bermain teka-teki. Berharap aku bisa tahu apa yang hendak diinginkannya. Kau pasti tahu lelaki tidak suka menerka-nerka dan lebih tidak suka lagi dipaksakan harus tahu apa yang hendak diinginkan perempuannya.
Kau juga pernah melewati masa-masa seperti masa-masa yang sedang aku alami. Mengenal lawan jenis, mencintainya, dan ingin bersama-sama melewati segala hari-hari bersama kekasihmu. Aku mendapatkan kejutan dari putrimu, berziarah di makammu untuk yang pertama kalinya semenjak aku mengenal putrimu yang teramat kau sayangi.
Putrimu tidak henti-hentinya mengatakan padaku bahwa kau lelaki terhebatnya. Walau begitu aku tidak ada niat menjadi seperti dirimu jikalau menjadi seorang ayah di kemudian hari. Aku tetap akan menjadi diriku sendiri yang mencintai putrimu dan anak-anak kami kelak dengan cara kami berdua.
Prapat Janji 15 Maret 2017
Kalau tidak salah ingat dua atau tiga tahun, kau baru berkata sejujurnya bahwa ayahmu telah tiada. Padahal kita menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai dan kau masih tetap menyembunyikan kepulangan ayahmu ke sisi-Nya di masa-masa aku mencari kejujuran di sepasang matamu.
Aku sangat menyesali ketertutupanmu dan sesal itu telah kuhapus setelah kita berziarah ke nisan lelaki terhebatmu. Aku sangat mengakui bila dibandingkan ayahmu, aku tidaklah ada apa-apanya. Kasih sayang yang diberikan dan pengorbanannya tidaklah bisa dibandingkan dengannya.
Lidahku kelu, jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. Wahai ayah dari perempuan yang sangat kusayangi. Tak ada keraguan untukmu yang menyayangi putrimu. Aku akan terus belajar mencinta putrimu seperti engkau mencintainya. Berharap indahnya cinta Ali dan Fattimah Azzahra ada pada kami.
Putrimu sekarang tidak secemberut saat-saat pertama kali kami bertemu. Ada keyakinan dalam dirinya melewati hari-hari tanpamu. Walau terkadang aku tahu dia masih menyimpan cemburunya untukku dan menyembunyikan kelelahan yang dihadapinya tanpa hadirmu. Dia bilang aku adalah teman terbaiknya dan juga kekasih terhebatnya. Tenang saja dirimu tetaplah tidak tergantikan sebagai lelaki terhebat yang pernah dia miliki. Untuk itu aku sangat berharap kau memberikan restu, merelakan, dan memercayakan aku membawanya pada suatu hari nanti.
Aku tahu hidupku masih jauh dari berkecukupan, bukan berarti aku tanpa usaha. Putrimu masih suka bermanja-manja dan aku suka itu, tetapi sekarang putrimu sudah jauh lebih kuat. Ia tidak lagi suka mengeluh walau terkadang masih lihai bermain teka-teki. Berharap aku bisa tahu apa yang hendak diinginkannya. Kau pasti tahu lelaki tidak suka menerka-nerka dan lebih tidak suka lagi dipaksakan harus tahu apa yang hendak diinginkan perempuannya.
Kau juga pernah melewati masa-masa seperti masa-masa yang sedang aku alami. Mengenal lawan jenis, mencintainya, dan ingin bersama-sama melewati segala hari-hari bersama kekasihmu. Aku mendapatkan kejutan dari putrimu, berziarah di makammu untuk yang pertama kalinya semenjak aku mengenal putrimu yang teramat kau sayangi.
Putrimu tidak henti-hentinya mengatakan padaku bahwa kau lelaki terhebatnya. Walau begitu aku tidak ada niat menjadi seperti dirimu jikalau menjadi seorang ayah di kemudian hari. Aku tetap akan menjadi diriku sendiri yang mencintai putrimu dan anak-anak kami kelak dengan cara kami berdua.
Prapat Janji 15 Maret 2017
0 Response to "Ziarah ke Makam Lelaki Terhebatmu"
Post a Comment