Kita tidak pernah merencanakan sebuah pertemuan dan kita tidak pernah mengira akan saling menyayangi seperti sekarang ini. Aku masih belum bisa memahami mengapa aku bisa sangat menyayangimu dengan sebenar-benarnya sayang. Awalnya aku mengira kau dan aku dipertemukan untuk saling mengisi kejenuhanku bersama kekasihku. Aku terpikat olehmu setelah melewati hari-hari yang panjang bersamamu. Kuakui kau bukanlah cinta pertamaku, kuharap kau tidak marah atau bersedih jika nanti kau tahu kau bukanlah cinta pertamaku.
Kadang kubertanya kisah kita yang selalu berkaitan dengan hujan. Sepertinya antara kau dan aku selalu tidak pernah akur dengan hujan. Apa kau ingat tempat yang selalu kau tuju bersamaku di masa-masa kita saling menginginkan kegembiraan yang semu. Kau jangan mengernyitkan dahi seraya menggigit bibirmu menahan tangismu yang akan segera tumpah, jika sepanjang jalan kita selalu menantang hujan. Kau memelukku erat sekali dan aku jarang sekali mau mengalah pada hujan tetap saja dengan keegoanku menantangnya sepanjang jalan. Kau bilang aku adalah lelaki keras kepala yang bersembunyi di balik canda tawa yang tidak pernah kau temukan pada lelaki lain selain aku.
Tetapi diam-diam kau menemukan kegembiraan yang tak lagi semu seperti kesemuan yang kita rangkai di pertemuan pertama di masa kita masih terlalu lihai memainkan perasaan. Aku pun sama sepertimu, mulai menemukan percikan rasa yang datangnya perlahan-lahan. Seperti yang telah ku akui dengan segenap hatiku yang paling dalam bahwa kau bukanlah cinta pertamaku. Bukan berarti kau tidak istimewa bagiku.
Setelah kekasihku pergi, dengan cerita-cerita singkat yang telah diusaikan olehnya dan olehku, perlahan aku belajar bangkit dan selalu berpikir semua belum berakhir. Bukankah aku selalu tidak ingin menjadi pecundang dan selalu ingin menjadi tampil sebagai pemenang. Cinta memang tidak bisa dipaksakan kepada siapa ia akan menujunya. Kalau kau marah dengan kejujuran yang belum pernah kuceritakan padamu, aku tak mengapa kasih. Namun, sepantasnya kau harus tahu aku menemukan kepingan cinta bersamamu tidak secara instan tetapi perlahan dari satu hari ke hari selanjutnya. Bulan berganti bulan dan tahun juga berganti, dan rasa cintaku padamu semakin padu dan semakin tajam bak pisau yang terus di asah. Ia mengkilat dan memantulkan cahaya bila dterkena sinar dan kaulah sinar itu.
Tidak ada rasa ingin tahuku tentang perasaanmu padaku, karena ku meyakini kau menemukan kepingan cintamu denganku juga secara perlahan-lahan. Menantikan hujan bila berdua denganmu, mungkin tidakkan pernah kita inginkan bukan? Selain karena kau tidak suka hujan juga karena kau tidak suka aku membawamu bersama-sama melawannya di sepanjang perjalan yang kita lalui.
Di balik semua itu, sesungguhnya aku ingin menunjukkan padamu kalau sewaktu-waktu kita menemukan hambatan yang terlalu terjal untuk dilalui maka tidak terpikirkan olehku pergi meninggalkamu. Akan kubawa kau bersama dan aku yang akan selalu di depan. Hanya saja jika kau tidak ikut bersama denganku, sesungguhnya aku tidakkan mampu melewatinya sendirian. Aku tidak yakin dan aku tidak berdaya menantangnya.
Kau tahu waktu hujan turun dan aku tanpamu, maka yang pertama-tama kulakukan adalah menghindarinya. Jangan kau kira aku sekeras kepala dan setangguh di saat bersamamu sayang. Aku tidak peduli dengan cinta pertama dan aku juga tidak akan memikirkan apa yang kau pikirkan, yang kupedulikan dan selalu kupikirkan hanya kau, kepingan cinta yang datangnya secara perlahan-lahan dan kurasakan letak kasih yang sesungguhnya ada padamu seorang.
Prapat Janji, 29 Maret 2017
0 Response to "Kepingan Cinta"
Post a Comment