Timnas Menatap Final Kelima Piala AFF


 (gambar ini kuambil dari superball/internet. Linknya entah kenapa nggak cocok dengan gambarnya) Mohon maaf bukan bermaksud mencomot tanpa menampilkan url nya)

Tulisan ini dimuat di kolom Opini Harian Analisa 07 Desember 2016 Oleh: Abd Rahman M

Pertandingan pertama di kandang pada kancah turnamen resmi internasional di bawah nakhoda ketum PSSI Edy Rahmayadi berbuah manis dengan kemenangan tipis 2-1 timnas merah putih menghadapi Vietnam. Bisa dikatakan timnas sudah mengerahkan seluruh kemampuannya pada pertandingan sabtu malam 3 Desember kemarin. Rasa bangga dan senang sebagai pecinta sepakbola dan pendukung timnas pastilah bergelora dengan hasil positif yang diraih timnas pada babak semifinal di leg pertama Piala AFF.

Ada pemandangan menarik dengan kehadiran presiden Jokowi yang mendukung secara langsung timnas bertanding. Tetapi, yang akan penulis ulas bukanlah datangnya presiden Jokowi melainkan semangat juang timnas yang bisa dikatakan sudah mulai menemukan bentuk permainan yang sesungguhnya. Di penyisihan grup Indonesia sempat terseok-seok menghadapi Thailand, tim terkuat di Asia Tenggara untuk saat ini. Lalu hasil imbang melawan Filipina dan kemenangan dramatis melawan Singapura yang menghantarkan timnas menuju semifinal Piala AFF.

Melihat pertandingan timnas kemarin, rasa bangga dan harapan kepada timnas tentulah ada dibenak pecinta sepakbola khususnya pendukung timnas. Pertandingan timnas melawan Vietnam bukan tanpa celah dengan absennya dua palang pintu timnas di barisan pertahanan akibat akumulasi kartu kuning. Beruntung kualitas Hansamu Yama Pranata dan Manahati Lestusen tidak kalah dengan Yanto Basna dan Fachruddin yang diplot sebagai pemain inti pada tiga pertandingan sebelumnya.

 Pemain debutan jebolan U19 menorehkan hasil manis dengan mencetak gol pembuka timnas di menit ke 6. Berawal dari tendangan sudut yang diambil Rizky Pora tidak disia-siakan Hansamu Yama dengan sundulan mematikannya ke arah gawang. Stadion Pakansari bergemuruh menyambut gol pembuka timnas yang dilesakkannya dari eksekusi bola mati. Setelah gol dilesakkan Hansamu Yama, ada dua insiden di lapangan. Dari kacamata penulis, kedua insiden yang ada di lapangan sedikit menguntungkan Vietnam. Terbukti pada insiden pertama terjadi kemelut di muka gawang yang berbuah pinalti dan kartu kuning untuk Benny Wahyudi.

Insiden pertama berhasil membuat Vietnam menyamakan kedudukan pada menit 17 lewat titik putih.
Sebelumnya terjadi perdebatan sengit di lapangan karena keputusan wasit yang dianggap kontroversial. Di sinilah kedewasaan dan ketenangan timnas diuji dengan insiden yang berbuah pinalti tersebut. Perlahan dan mulai menunjukkan hasil bahwa timnas di bawah asuhan Alfred Riedl di era keduanya menukangi timnas sudah mulai menunjukkan kedewasaannya. Timnas tidak larut berlama-lama kehilangan fokus dan tetap bisa tenang menerapkan strategi yang diberikan pelatih.

Kalau saja timnas kehilangan fokus saat insiden Beny Wahyudi yang dianggap melakukan pelanggaran di kotak pinalti bisa jadi timnas tidak bisa menang pada pertandingan sabtu malam kemarin. Di sinilah peran kapten sebagai pengganti pelatih di atas lapangan harus bisa menunjukkan kepemimpinan dan kecakapannya. Ban kapten yang menempel di lengan Boaz Solosa sangat tepat sekali, di mana Boaz mampu meredam emosi pemain-pemain lain untuk melakuan reaksi secara berlebihan.

Insiden kedua yang juga bisa dikatakan dapat mengganggu fokus timnas dan menjatuhkan mental timnas adalah saat tekel dua kaki dari pemain Vietnam Trong Hoang terhadap Manahati Lestusen. Penulis sempat berandai-andai jika yang dilanggar itu adalah Ferdinad Sinaga, Stefano Lilipaly, atau Zulham Zamrun bisa jadi wasit tidak akan segan-segan memberi kartu merah pada pemain Vietnam. Manahati pemain yang cukup berkualitas dengan fokus tingkat tinggi, dan stamina oke, tetapi untuk teaterikal di lapangan Manahati masih kurang pintar memanfaatkan situasi.

Saat tekel horor pemain Vietnam, Manahati langsung bangkit tidak ada acara guling-guling seperti mengerang kesakitan. Keputusan wasit pun hanya memberikan kartu kuning, di mana sebelumnya terjadi diskusi dengan asisten wasit apakah kartu kuning atau merah. Boaz lagi-lagi menurunkan tensi rekan-rekannya yang tidak senang dengan keputusan wasit hanya memberikan kartu kuning.  

Vietnam pada leg pertama semifinal Piala AFF memainkan permainan keras. Mereka mencoba memancing emosi pemain timnas yang mana sudah menjadi rahasia umum bahwa timnas cukup mudah untuk dipancing emosinya sehingga konsentrasi menjadi buyar dan strategi di lapangan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Modal Berharga di Leg Kedua 
Akhirnya Boaz Solosa menunjukkan kapasitasnya sebagai tumpuan di lini depan via tendangan pinalti menit 50. Stefano Lilipaly aktor terjadinya tendangan pinalti, di mana ia disenggol pemain vietnam di kotak terlarang. Kemenangan timnas 2-1 atas Vietnam menjadi modal berharga saat melawat ke Hanoi. Membawa keunggulan satu gol ketika hendak melawat ke Vietnam sudah bisa dikatakan cukup mengingat Vietnam adalah tim terkuat di Piala AFF 2016 setelah Thailand.

Peluang timnas menatap final kelimanya tergantung dari strategi yang akan dilakukan di Hanoi apakah sesuai dengan intruksi pelatih atau tidak. Melihat pertandingan timnas di babak grup hingga semifinal cukup memberikan aura positif di mana timnas selalu mencetak gol dalam empat pertandingan Piala AFF. Artinya timnas tidak pernah absen mencetak gol. Tetapi, perlu diketahui juga bahwa timnas tidak pernah bisa menjaga gawang agar tidak bisa dibobol lawan. Dalam empat pertandingan baik di penyisihan grup maupun leg pertama semifinal kemarin gawang timnas selalu kebobolan.

Timnas hanya butuh hasil imbang mengingat pada pertandingan pertama unggul satu bola dari Vietnam. Hanya saja, jika Vietnam bisa mencetak gol dan penulis yakin melihat pertandingan Vietnam sebelumnya mereka bakal tampil garang dan sporadis untuk mengonversikan peluang berbuah gol. Timnas butuh aura positif dan ketenangan di lapangan agar konsentrasi tidak buyar mengingat mental dan semangat juang Vietnam tidak ada yang meragukannya.

Barisan pertahanan timnas perlu dirapatkan dan sesekali menyerang dengan skema serangan balik mengandalkan kecepatan Andik Vermansyah, Rizky Pora, dan ujung tombak Boaz Solosa harus bisa menjadi momok bagi Vietnam di mana mengingat mereka butuh gol penyama kedudukan. Celah di barisan pertahanan Vietnam ketika melakukan serangan harus bisa dimanfaatkan timnas dengan jeli.

Bek kanan timnas dan bek kiri harus bisa lebih sigap dalam bertahan dan jangan mengambil resiko dengan berlama-lama memegang bola. Kelemahan Beny Wahyudi selalu berlama-lama dengan bola terlalu beresiko menghadapi tim sekelas Vietnam. Keunggulan 2-1 atas Vietnam, jika melihat semangat juang dan fokus timnas bila bisa dipertahankan di leg kedua 7 Desember 2016 nanti, maka final kelima timnas ada di depan mata. Fokus bertanding, jangan mudah terpancing dan melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak diperlukan harus bisa diterapkan di atas lapangan. Bravo timnas.
       

0 Response to "Timnas Menatap Final Kelima Piala AFF"

Post a Comment