Ibu, Sosok Terkasih






Abd Rahman M/sanglegend (pernah dimuat/dipublikasikan harian Analisa 10 Mei 2015)


Ibu derajatmu tiga tingkat dibanding ayah, pernahkah teman-teman mendengar penggalan lirik lagu tersebut? Bukan mengerdilkan peranan seorang ayah dalam kehidupan sehari-hari atau pun juga hendak mengkotak-kotakkannya. Namun, ibu adalah poros utama bagi seorang anak dalam mengarungi kehidupan. Memang sudah menjadi kodratnya anak dikandung oleh ibu dan bukan oleh ayah tetapi seandainya ayah yang mengandung seorang anak tentulah sisi lembut tidak ada dalam kehidupan.

Ibu, mama, mamak, mak, itulah kata yang pertama kali selalu terlintas dan terucap dalam diri kita (anak) saat pertama kali belajar mengenal kata dan belajar berbicara. Seorang anak kecil  segusar dan setakut apapun dia bila sudah dalam pelukan ibunya maka seketika akan tenang dan diam tidak merengek dan menangis lagi. Penulis ingat betul ketika masih kanak-kanak bila ada masalah atau hendak membeli mainan atau jajanan sosok ibulah yang pertama-tama penulis datangi. Intinya segala masalah dan segala sesuatu yang berhubungan dalam hidup tidak pernah lepas dari masukan seorang ibu.

Tidak berlebih-lebihan bila penulis menyebutkan sosok ibu bagaikan malaikat. Ya, malaikat berbalut dan berwujud manusia dan dipanggil ibu, mamak, mama atau panggilan lainnya. Semarah apapun sosok ibu pada anaknya tidakkan mungkin dia mengabaikan dan melupakan anaknya sedikit pun. Ketahuilah teman-teman, mungkin ada di antara kita yang suka membentak atau marah ketika keinginan dan hasrat kita terhadap sesuatu hal belum dikabulkannya. Pikir dan renungkanlah keputusan yang diambil ibu saat itu mengkondisikan keadaan dan kenyataan maka cepat-cepatlah kita sadar dan sayang pada ibu kita.

Sosok ibu adalah satu-satunya yang tidakkan pernah letih dan berhenti selagi dia hidup untuk menjaga, melindungi, menerangi, dan menjadikan kita (anak) ke arah yang lebih baik dengan selalu memberikan senyuman manis dan wajah ceria di hadapan kita. Banyak yang mengatakan bahwa pahlawan tanpa tanda jasa adalah seorang guru. Bagi penulis (maaf) yang pantas menyandang predikat sosok pahlawan tanpa tanda jasa adalah ibu yang selalu ikhlas membantu, melindungi, mengingatkan, dan selalu berwajah ceria saat melihat anaknya. Dari proses dalam kandungan hingga lahir, beranjak dewasa ibulah yang selalu ada buat kita.

Sebagai ibu yang menjadi pelita dalam hidup masih pantas dan sanggupkah kita membentak dan melawannya? Selagi ibu kita masih hidup dan masih ada jangan tunda-tunda lagi memberikan yang terbaik buatnya. Ibu tidak mesti menginginkan uang yang melimpah dari anaknya, mendapatkan hadiah rumah, mobil, dan harta lainnya. Tidak menampik juga seorang ibu diberi sesuatu barang (uang) tentulah sangat senang. Namun dari lubuk hati ibu terdalam kebahagiaan dan kesenangan adalah ketika melihat anaknya bahagia dan senang tidak bersusah-susah atau bersedih maka sosok ibu sudah sangat bahagia sekali.

Sebagai anak janganlah kita mengotori diri dengan bertingkah laku tidak baik berbuat anarkis, sehingga nama baik tercemar oleh diri kita. Ingat selalu ada sosok ibu yang selalu kita bawa dalam kehidupan di dunia.  Ketika ada kalimat mengatakan bahwa ‘surga berada di bawah telapak kaki ibu” Itulah gambaran betapa mulianya sosok ibu hingga mengait-ngaitkan surga dengan ibu. Selama ibu kita masih hidup maka kita masih tetap diperlakukannya seperti anak kecil yang selalu butuh pelukannya. Tunggu apa lagi peluk ibumu dan katakan aku sangat sayang ibuku.

Desember, 2013

0 Response to "Ibu, Sosok Terkasih"

Post a Comment