sumber gambar: pixabay.com |
Abd. Rahman M/legend (pernah dimuat/publikasikan MingguPagi 02 Oktober 2016).
Puisi ini dbuat saat banyak ane melihat pohon waru di sekitar daerah ane. daunnya mirip daun jati. sebagai ilustrasi yang ane tampilkan ini bukan pohon waru tapi. hahaha, itu adalahan mirip love love.
Doa
sebatang pohon waru tumbuh di hutan suluh
reranting-rantingnya melambai-lambai
di petang garang
dedaunan tiada pernah belajar sesembahan
entah dari mana mereka mahir membelah doa
di samping pohon waru itu berdiri kokoh
dua belas macam batang kehidupan
di atas bergumul langit
menghadang matahari yang telanjang
doa-doa bercengkerama membelah asa
2016
Padang Bulan
doa yang kita bangun bersama cerita
bersembunyi di dalam perutmu
engkau masih ingat bukan
di padang bulan pada bulan setengah merah
pipimu kemerah-merahan membaca luka
ah, aku lupa kau mahir mengasah luka
pada parang-parang berang
pedang-pedang patah
di padang bulan di tahun seperdua rindu
pada muara kenangan
2016
Tentang Doa
doa yang kelu bertelanjang malang
semalang petualang menjunjung, junjungan
ah, semenjak engkau dikubur dan kabur
mantra-mantra berselingkuh
2016
Tentang Guru Muda
pada mulanya dia tak ingin menjadi guru
apa daya ijazahnya bercerita parau
diajarkannya anak-anak dengan muka kaku
nadanya tak sedang bersuka cita
guru muda itu membawa cerita
yang dari hatinya tak tahu apa itu cerita
anak-anak diam
sesekali bergumam
pura-pura paham
2016
Sebaris Sajak kepada Ibu
sebaris sajak kuibaratkan ialah risalah
berguru di balik belukar pertemuan
pohon-pohon menjulang batangnya kekar
daun-daun menyekanya dari matahari
yang nyalanya sepanas bara api
ibu, aku terkenang
di ujung waktu engkau mengeja aksara
tiap-tiap pertemuan ada pisah
selagi nafas di kandung badan
selagi usia setia pada batang kehidupan
maka semai doa-doa teruntuk tawa dan cahaya
2016
Ibu
sepotong kecupan yang kusimpan
seperti sebaris sajak bertumbuh kembang
mula-mula kantung jantungku berdegup
menjamahmu yang mulai merapuh
putih rambutmu yang paling seluruh
sebaris sajak aku akhiri ketika hujan terhenti
pelangi tersesat menatap siasat
mengulang kerinduan dekapmu
2016
0 Response to "Tentang Doa dan Ibu"
Post a Comment