Gambar ini ane ambil dari sumber : badmintonindonesia.org
Praveen Jordan/Debby Susanto
|
dimuat/dipublikasikan harian analisa 16 Desember 2016(http://harian.analisadaily.com/opini/news/glamornya-bwf-superseries-finals-2016/287124/2016/12/16)
Kejuaraan BWF super series premier akhir tahun, ditandai sebagai berakhirnya turnamen super series selama satu musim selalu menjadi magnet tersendiri bagi para pemain untuk turut berpartisipasi di dalamnya. Turnamen sekelas super series adalah primadonanya pemain kelas dunia di seluruh negara untuk ikut ambil bagian. Keuntungan yang diperoleh para pemain jika tampil di turnamen super series adalah besaran uang yang akan diperoleh sangat menggiurkan, selain itu setiap pemain dipastikan menerima imbalan uang asalkan sudah lolos ke babak utama.
Mengingat sepanjang tahun ada 13 turnamen super series yang mana 6 di antaranya berlabel super series premier yaitu All England, Malaysia Open. Indonesia Open, Denmark Open, China Open, dan terakhir Superseries Final yang di adakan di Dubai 14-18 Desember 2016. Tentu hadiah yang akan diperebutkan sangatlah besar karena super series premier dilabeli dengan label bintang 6 sedangkan super series dilabeli dengan label bintang 5.
Turnamen super series premier yang diadakan tiap akhir tahun sedikit berbeda dibandingkan turnamen super series umumnya, karena para pemain yang bisa ditampil di turnamen yang selalu digelar akhir tahun ini, hanya para pemain yang memiliki peringkat satu hingga delapan dunia. Tidak ada babak kualifikasi, tidak ada pembatasan kuota pemain untuk negara peserta, dan langsung dimulai dengan babak perempatfinal final (delapan besar). Semua pemain yang menduduki peringkat pertama dan peringkat kedelapan walaupun dari satu negara tetap berhak untuk mengikutinya. Maka jangan heran dalam satu grup bila ada yang hanya diisi pemain dari dua negara atau tiga negara saja.
Tahun ini Indonesia diwakili oleh empat pasangan dari dua nomor ganda yaitu dari ganda putra dan ganda campuran. Sebenarnya Indonesia bisa meloloskan satu pasangan lagi dari nomor ganda putri. Hanya saja, tidak bisa tampil karena pasangan dari Greysia Polli dibekap cedera.
Ganda putra Indonesia yang tampil di turnamen penghujung tahun Dubai Seperseries Finals, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon saat ini cukup membanggakan dengan menyatatkan prestasi di India Superseries, Australia Superseries, dan China Superseries Premier.
Pasangan ganda putra yang tampil di ajang ini Angga Pratama/Ricky Karanda kebetulan satu grup dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Peluang untuk lolos ke semifinal terbuka lebar mengingat lawan yang akan dihadapi adalah pasangan dari ganda Jepang dan ganda Denmark.
Di nomor ganda campuran Indonesia meloloskan Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir yang juga satu grup dengan Praveen Jordan/Debby Susanto, ganda campuran Denmark, dan juga ganda campuran Korea Selatan. Peluang lolos ke semifinal juga sangat besar mengingat Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir adalah peraih emas Olimpiade 2016 dan terakhir merebut gelar berturut-turut di China Superseries Premier, dan Hongkong Superseries.
Turnamen BWF Superseries Finals ini, menurut data tahun 2015 menyediakan hadiah sebesar 13,1 miliar merupakan turnamen paling megah dan paling banyak menyediakan hadiah dari pada super series lainnya. Juara tunggal putra dan tunggal putri masing-masing berhak memeroleh uang 1,05 miliar untuk para juara, runner-up 525,9 juta rupiah, dan posisi ketiga 262,9 juta rupiah. Kategori untuk juara ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran berhak memeroleh uang sebesar 1,1 miliar para juara, runner-up 525,9 juta rupiah, dan posisi ketiga berhak mengantongi 262,9 juta rupiah.
Regenerasi ganda putra dan ganda campuran
Tahun 2015 di ajang Superseries premier penghujung tahun sebagai tanda berakhirnya turnamen super series pasangan ganda putra Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan berhasil membawa pulang hadiah utama 1.1 miliar setelah mengandaskan ganda China.
Tahun ini Hendra Setiawan memutuskan pensiun untuk yang kedua kalinya dari pelatnas dan memulai karir bermain sebagai pemain profesional berpasangan dengan pemain Malaysia. Pasangan yang pernah menduduki peringkat satu dunia ini pun terlempar dari posisi sepuluh besar dunia.
Sektor ganda putra cepat berbenah dengan munculnya kepermukaan bakat-bakat di sektor ganda seperti Kevin Sanjaya Sukomuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Angga Pratama/Ricky Karanda. Ganda campuran pun cepat menemukan pengganti Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir, jika sewaktu-waktu memutuskan pensiun atau keluar dari pelatnas dengan munculnya Praven Jordan/Debby Susanto.
Hal inilah yang tidak dimiliki Indonesia di sektor tunggal putri, dan tunggal putra. Sektor tunggal putra biasanya selalu menyumbang pemain-pemain terbaik, setelah era Taufik Hidayat belum bisa berbicara banyak di pentas internasional. Harapan mulai muncul dengan adanya bibit-bibit baru seperti Jonatan Christie, Ihsan Mustofa, Anthony Ginting yang mulai diturunkan di ajang super series. Namun, masih tampil angin-anginan. Belum bisa konsisten dari pertandingan satu ke pertandingan berikutnya.
Menjadi pemain kelas dunia tidak bisa hanya tampil baik dan bagus dalam satu atau dua pertandingan saja.
Untuk itulah pemain yang ingin mencapai permainan kelas dunia dituntut bermain konsisten. Indonesia pernah punya pemain yang berperingkat top 10 dunia di sektor tunggal putra Tomy Sugiarto. Digadang-gadang menjadi pemain berkelas dunia namun yang terjadi di lapangan Tomy kurang konsisten. Sewaktu-waktu bisa mengalahkan Lin Dan atau Lee Chong wei. Di waktu yang lain bisa dengan mudahnya tersingkir menghadapi pemain yang jauh tidak diunggulkan darinya.
Hingga saat ini, olahraga bulutangkis yang mampu mendulang emas, atau pun meraih kesuksesan dengan mengibarkan bendera merah putih masih terpaku dan berharap pada sektor ganda putra, ganda campuran, dan ganda putri yang saat ini masih ditempati Greysia/Nitya.
Melihat pasangan ganda putra dan ganda campuran, kita tidak akan takut dengan hilangnya nama sekaliber
Hendra Setiawan, atau di ganda campuran jika sewaktu-waktu Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir pensiun sudah ada pengganti yang berkelas dunia juga. Namun, di ganda putri, kita belum menemukan pengganti yang sepadan dengan Greysia/Nitya jika sewaktu-waktu memutuskan gantung raket. Sosok tunggal putri setali tiga uang dengan sektor tunggal putra masih belum bisa keluar dari bayang-bayang kejayaan seniornya yang telah gantung raket..
Ajang super series finals di Dubai mengatakan kepada kita bahwa regenerasi bulu tangkis belum berjalan dengan baik di sektor tunggal putra dan tunggal putri. Sampai saat ini masih kesulitan mencari pemain-pemain yang mampu tampil konsisten.
Tahun 2017 semoga menjadi tahun munculnya pemain-pemain kelas dunia dari sektor tunggal putra yang bisa mengikis eranya Taufik Hidayat di mana ada harapan besar di pundak Jonatan, Ihsan, Anthony Ginting. Saat ini mari kita nikmati glamornya pertandingan Dubai Superseries finals yang menampilkan permainan-permainan berkelas dunia dan tak lupa mendoakan ganda putra dan ganda campuran Indonesia bisa mengibarkan merah putih.
0 Response to "Glamornya BWF Superseries Finals 2016"
Post a Comment