Percakapan Sungai dan Semesta
Membelah Sungai
sebilah pisau di tangan kananmu biji matanya merah
sungai yang airnya mengalir ke hilir lumpuh
engkau belah sungai dengan pisau membara
senyum merekah di baris wajahmu
aku pandangi langit petang, matahari pudar
engkau cabik-cabik sungai
ikan-ikan menggelupur
anak-anak kepah membungkuk
bibirmu terapit benci yang tersimpan
di jemari percakapan antara engkau dan semesta
2015
Celana Panjang
celana panjang berwarna gelap tergantung
di balik pintu terpajang kepedihan
jantungnya robek kulit-kulit mengelupas
urat-uratnya terburai
celana panjang yang tubuhnya legam
dihimpit kursi besi duduk berpangku kalap
meremukkan lembar surat kuasa
sepasang mata bungkuk
memungut celana panjang berwarna kelam
terbuang bersama sepotong dusta
2015
Bingkai Imaji
desah angin menggulung kepergian
meriwayatkan kisah kepulangan
kusingkap ruang imaji di buku tulis
tintaku bermain mengepal kerinduan
tentang perempuan yang ditinggal mati
tentang kota yang perih dikepung suara-suara
tentang air yang bergelora tentang api membara
aku kirimi puisi-puisi
mungkin tak sebenderang wajahmu
lantas tersiar kabar puisi-puisiku bernyawa
menerabas kerinduan mengenang kepergian
angin dan senja berkabar
engkau masih setia menyimpan cinta
menunggui ruang beribu kasih
2015
Suara
Suara-suara menjelma nyanyian lengang
mantra dan petuah bapa tumpah
yang mana malam menebar jala temaram
dan pagi gigil menyimpan benih embun
Prapat Janji, 2016
Nb: Abd. Rahman/legend, pernah dipublikasikan di Majalah New Fatwa edisi 06 Januari-Februari 2017
0 Response to "Percakapan Sungai dan Semesta"
Post a Comment