Sulit, memang terlampau sulit teruntukmu mengakhiri pertemuan yang kita rajut di masa-masa kau telah menemukan hatiku lebih bercahaya dari kekasihmu dan kau telah benar-benar menyayangiku. Bagiku melupakanmu juga sangat tidak kuinginkan. Aku memang telah memiliki kekasih sama sepertimu. Kita melangkah di atas dua kaki dan dua hati. Kau dan aku memulai cerita ini hanya sebagai pelarian jika kau sedang bertengkar dengan kekasihmu atau kau sedang merindukanku. Sama sepertimu yang kulihat ada sesuatu yang beda, yang tidak kutemukan bersama kekasihku.
Kita sama-sama memiliki dosa yang harus kita sucikan bersama kekasihku dan juga kekasihmu. Kepercayaan yang telah mereka berikan semakin menghantarkan kita dalam lautan kasih dan kita semakin lupa cara membenamkan benih rindu di hatimu dan di hatiku yang semakin liar tumbuhnya.
Di saat bersama kekasihku yang selalu kupikirkan hanya kau dan aku merasakan kesemuan pada kekasihku. Kau tahu, aku tidak sampai hati melihatnya dalam pusaran permainan yang kita ciptakan. Pernah hendak kukatakan sejujurnya pada kekasihku dan juga pada kekasihmu, tentang pengkhianatan yang telah kita lakukan. Tetapi, perlahan aku tak kuasa, aku takut kehilanganmu, aku takut kehilangan kekasihku, dan aku juga takut kehilangan senyuman dan kecerian yang telah kita lalui.
Aku takut jika nanti kau dan aku menjadi sepasang kekasih, kita tidak akan bisa bertahan lama seperti kisah bersama kekasihku dan kau juga belum tentu menjadi seperti yang biasanya selalu kutemukan saat kita masih saling memiliki kekasih. Lantas kita sepakati berjalan di atas dua kaki dan dua hati. Kau tetap bersama kekasihmu dan aku juga masih tetap bersama kekasihku.
Awalnya aku menikmati jalan cerita yang kita ciptakan, kau pun kulihat sangat ceria. Hingga pada tahap selanjutnya aku mulai merasakan cemburuku bermain-main di antara wajah kekasihmu saat kau sedang bersamanya. Aku hilang kendali hendak memilikimu secara utuh tanpa ada satu pun selain diriku di pikiranmu. Aku mulai membanding-bandingkan kekasihku denganmu dan kaulah pemenangnya.
Jika kekasihku tahu, saat bersamanya aku selalu memikirkanmu, mungkin dia tidak akan memaafkanku atau mungkin dia akan meninggalkanku selamanya. Kekasihmu pun tentulah di matanya akan ada kebencian menatapku dan kekecewaan di pundaknya serasa berat, melihatmu melumpuhkan kepercayaan yang telah diberikan kepadamu.
Kisah kita seharusnya diusaikan semenjak kau dan aku belum semakin jauh berjalan mengikuti detak waktu. Pada akhirnya jalan yang telah kita lalui harus segera kita usaikan sebelum kita benar-benar semakin lupa telah memilki kekasih yang memercayai kita berdua. Kau pernah bilang padaku, jika kau telah sangat benar-benar nyaman bersamaku tetapi tidak akan pernah untukmu meninggalkan kekasihmu walaupun sayangmu padaku melebihi rasa sayang yang kau rasakan bersama kekasihmu. Aku sedih, aku tercengang, dan terasa berat menatap wajahmu. Matamu berkaca-kaca dan pada akhirnya pipimu yang merah basah.
Selama kita bersama, baru kali ini aku mengusap air matamu dan kau memelukku teramat erat. Kau tidak pernah menangis saat bersama denganku, dan melihatmu seperti ini aku semakin merasa bersalah telah menjadikanmu terluka dengan kisah yang terlanjur menjadikan kita saling menyayangi dan mencintai melebihi rasa cinta pada kekasihmu juga pada kekasihku.
Kita terluka dan sungguh amat terluka.
Luka ini datang setelah kau dan aku berlama-lama dalam kegembiraan yang
kita rangkai di saat kau dan aku memiliki kekasih. Esok jika kita bertemu kembali kuharap air matamu harus sudah mengering, aku janji padamu untuk tetap menyayangimu walau kita tidak akan pernah mungkin untuk bersama. Satu hal lagi, kekasihmu pernah bilang dan selalu bercerita padaku kalau ia sangat menyayangimu dan menginginkanmu menjadi istrinya kelak. Aku pun telah berjanji padamu akan tetap menjaga kekasihku seperti menjagamu semasa kita masih bermain pada dua hati.
Prapat Janji, 3 April 2017
0 Response to "Kisah yang Kita Usaikan"
Post a Comment