Sudah lama kau tidak berkabar denganku dan aku juga tidak pernah berkabar padamu. Baru saja kau menegurku lewat pesan singkat setelah terakhir kali empat tahun lalu. Dulu kita pernah dekat sebagai seorang teman tidak lebih. Memang kita tidak begitu akrab tetapi seingatku kau sangat pernah begitu percaya dengan cinta. Kau pernah bertanya padaku tentang kado yang pantas diberikan kepada lelakimu. Kalau aku tidak salah ingat kau dan dirinya sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara pada masa itu, semasa kita masih sama-sama memulai perkuliahan di salah satu perguruan tinggi di kotamu.
Kejadian yang telah berlangsung di masa silam dan kau kulihat amat memuja cinta. Bagimu cintamu di atas segalanya. Kau lebih memilih tidak masuk kuliah pada saat kita ada kelas sore dan pergi kencan dengan lelakimu menikmati indahnya masa-masa kasmaranmu. Aku turut bahagia melihat satu temanku begitu menikmati masa-masa indahnya cinta. Aku juga tidak lebih sama sepertimu jarang mengikuti kuliah apalagi saat kelas sore dan kelas pagi tepatnya jam 8 pagi hampir mustahil aku ada di sana. Bedanya kau dengan kekasihmu sedangkan aku dengan kesenanganku menikmati tidur yang panjang setelah begadang menonton bola.
Oh ya, kau ingat tidak saat kau begitu menggebu-gebu menanti jawaban dariku tentang kado yang pas buat seorang lelaki tepatnya kekasihmu?Aku bilang padamu berikan saja yang pantas diberikan dan tidak usah terlalu mewah karena lelaki biasanya tidak begitu menyukai bingkisan dan lelaki biasanya menyukai kenangan. Mukamu langsung merah seketika karena tidak menemukan jawaban yang tepat untukmu. Lalu aku masih sempatnya mengatakan padamu jangan beri yang mahal-mahal belum tentu juga dia benar-benar kekasihmu yang sebenar-benarnya kasih.
Kau tidak terima dan mengatakan segala kelebihannya nyaris tak bercela. Aku tersenyum dan sesekali tertawa sekeras-kerasnya. Tampak dengan sangat jelas di matamu yang berbinar dan keningmu yang bercahaya bagai purnama dan sepertinya kau sangat-sangat mencintainya. Kalau aku boleh menebak kau sedang merasakan indahnya jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan seseorang yang kau anggap adalah cintamu untuk selama-lamanya hingga terberai oleh ajal.
Kau juga pernah bilang padaku ada beberapa lelaki yang mendekatimu selain kekasihmu jauh lebih tampan dan jauh lebih berkecukupan. Mungkin kau berprasangka kalau aku lelaki yang usil atau suka melihatmu bertengkar dengan kekasihmu ketika kusuruh kau untuk memberi kesempatan pada lelaki-lelaki yang mengidolaimu. Kau temanku yang tetap berpegang teguh pada puja-puji cinta.
Apa kau lupa kau pernah memuja cinta yang tiada taranya. Setelah kau terjatuh dan kisah cintamu dengan lelaki yang harus kupertegas sekali lagi padamu kalau ia adalah cinta pertamamu, yang membuat keningmu selalu bercahaya dan matamu berbinar-binar ketika sedang menceritakan lelakimu. Mengapa setelah kau tidak bersamanya kau lantas merasa hampa akan cerita cinta dan seakan-akan dari pembicaraan singkat kita kau katakan sudah habis masanya menikmati indahnya kasih. Padahal dulu kau memujanya.
Prapat Janji, 5 April 2017
0 Response to "Kau yang Lupa Pernah Memuja Cinta "
Post a Comment