Pixabay |
Sebelum memulai mengulas peluang tim merah putih membawa pulang Piala Sudirman ke tanah air, penulis mengucapkan selamat ulang tahun kepada induk cabang olahraga bulutangkis Indonesia (PBSI) yang jatuh pada hari Sabtu 6 Mei 2017. Genap sudah usia induk cabang olahraga bulutangkis Indonesia (PBSI) menginjak pada angka 66 tahun.
Sangat jelas sekali bahwa usia PBSI bukan lagi remaja, seiring berjalannya waktu seperti halnya roda yang berputar, kadang berada di masa kejayaan dan terkadang pula berada pada titik menurunnya kejayaan. Era awal tahun 2000-an adalah masa-masa terakhir puncak kedigdayaan pasukan merah putih. Untuk itu tepat di bulan Mei digelarnya turnamen Piala Sudirman di benua Australia, sepatutnya menjadi momentum merevitalisasi kembali kedigdayaan merah putih.
Bila turnamen Super Series atau turnamen individu (bukan beregu) atau bukan sebagai tim secara keseluruhan tentu merah putih masih sangat diperhitungkan dan masih tetap berjaya. Namun, bila patokannya adalah turnamen beregu yang memerebutkan piala seperti Piala Sudirman, Piala Thomas, Piala Uber maka merah putih sudah lama tidak lagi berkibar. Terakhir kali berjaya pada turnamen beregu putra (Piala Thomas) tahun 2002.
Maka sudah cukup lama dahaga turnamen berskala Internasional atau piala beregu baik itu Piala Thomas (beregu putra), Piala Uber (beregu putri), dan Piala Sudirman (beregu campuran) belum bisa diraih kembali. Untuk Piala Thomas nyaris merah putih membawa pulang mahkota juara, hanya saja ditumbangkan oleh Denmark. Padahal bila dilihat perjuangan merah putih hingga mencapai Final nyaris peluang merah putih sangat besar sekali untuk menang. Namun kembali lagi pada beban mental pemain-pemain muda yang berlaga masih terlampau sulit mengendalikannya.
Piala Sudirman yang digelar di Gold Coast, Australia mulai 21-28 Mei 2017, patut dijadikan tolak ukur atau menguji kesiapan para pemain dalam menghadapi turnamen beregu, khususnya beregu campuran. Piala Sudirman nantinya seperti masa sebelumnya akan mementaskan 5 kategori pertandingan yaitu tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.
Jika mendengar nama Piala Sudirman sepertinya yang ada dalam benak kita tentu adalah nama orang Indonesia. Nama tersebut diambil dari tokoh terkemuka di bidang bulutangkis Indonesia Dick Sudirman yang mana adalah salah satu pendiri pendiri PBSI dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum PBSI.
Digelar untuk pertama kali di ibu kota Jakarta, Istora Gelora Bung Karno pada tahun 1989 dan itulah kali pertama merah putih menahbiskan diri sebagai kampiun. Setelahnya, turnamen beregu campuran yang diadakan dua tahun sekali ini, tim merah putih belum pernah menjadi kampiun lagi. Maka melihat sulitnya tim merah putih merengkuh Piala ini, hal yang tepat jika PBSI tidak mematok juara kepada tim merah putih.
Nama-nama Pemain Pilihan
Nama-nama Pemain Pilihan
Tim merah putih tergabung di Grup D yang dihuni Denmark dan juga India. Sebagai catatan pemain-pemain merah putih yang diturunkan oleh PBSI berjumlah 20 pemain (atlet). Para pemain yang disertakan di turnamen ini, menurut pandangan dan penilaian penulis adalah pemain-pemain pilihan yang lebih siap dan lebih layak diturunkan di turnamen ini.
Pemain-pemain putri di antaranya yaitu Fitriani, Dinar Dyah Ayustine, Gregoria Mariska Tunjung, Greysia Polii, Della Destiara Haris, Rosyita Eka Putri Sari, Anggia Shitta Awanda, Apriani Rahayu, Debby Susanto, dan Gloria Emanuelle.
Pemain-pemain putri di antaranya yaitu Fitriani, Dinar Dyah Ayustine, Gregoria Mariska Tunjung, Greysia Polii, Della Destiara Haris, Rosyita Eka Putri Sari, Anggia Shitta Awanda, Apriani Rahayu, Debby Susanto, dan Gloria Emanuelle.
Pemain-pemain putra di antaranya yaitu, Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Kevin Sanjaya Sukamuljo, Marcus Fernaldi Gideon, Ricky Karanda Suwardi, Angga Pratama, Mohammad Ahsan, Rian Agung Saputro, Tantowi Ahmad, dan Praveen Jordan. Dengan kata lain dua pemain tunggal putra, tiga pemain tunggal putri, tiga ganda putra, dua ganda campuran dan sisanya ganda putri.
Kekompakan dan Tanpa Beban
Melihat kiprah tiga ganda putra khususnya Kevin Sanjaya-Marcus Fernaldi gideon yang memenangkan tiga turnamen individu sekelas Super Series di awal tahun 2017 maka di nomor ganda putra adalah nomor yang wajib untuk menyumbangkan poin. Permainan cepat dan mental bermain Kevin dan Marcus sudah tidak diragukan lagi.
Selain itu pemain yang lebih senior Ricky Karanda-Angga Pratama dan Mohammad Ahsan-Rian Agung Saputro juga cukup mumpuni untuk berlaga di ajang ini.
Selain itu pemain yang lebih senior Ricky Karanda-Angga Pratama dan Mohammad Ahsan-Rian Agung Saputro juga cukup mumpuni untuk berlaga di ajang ini.
Ganda campuran yang kehilangan pemain senior dan kenyang pengalaman Liliyana Natsir yang mana posisinya digantikan Gloria Emanuelle berpasangan dengan Tantowi Ahmad, sehingga tumpuan utama berada pada Praven Jordan-Debby Susanto. Ganda putra dan ganda campuran dipastikan nomor unggulan untuk mendulang poin. Tunggal putra pun tim merah putih punya kekuatan melalui Jonatan Christie dan Anthony Ginting. Jika berandai-andai Nitya rekannya Greysia tidak cidera maka di nomor ganda putri kita punya kekuatan sebagai penyeimbang jika di nomor tunggal putra kehilangan poin.
Sebelum melangkah lebih jauh beban yang harus dilewati ialah lolos dari putaran grup sebagai juara grup. Tim merah putih di pertandingan pertama akan menghadapi India yang di atas kertas masih bisa diatasi karena kekuatan India berada pada tunggal putri dan tunggal putra.
Maka menghadapi Denmark jika melihat kekuatan dua nomor unggulan tim merah putih (ganda putra dan ganda campuran) cukup bisa melaju menjadi juara grup agar nantinya lawan yang dihadapi di perempat final lebih mudah. Indonesia pernah berjumpa dengan Denmark di Final Piala Thomas (beregu putra) dengan pemain yang tidak berbeda dengan tim putra sekarang. Saatnya waktu yang tepat untuk revans bukan?
Dalam pertandingan beregu yang diutamakan adalah kekompakan dan kepercayaan satu pemain dengan pemain lainnya. Mengingat PBSI yang tidak menargetkan merah putih untuk bisa secepatnya membawa pulang Piala Sudirman. Dalam artian para pemain jangan membebani diri sendiri, sehingga permainan di lapangan bisa lepas. Lolos dari grup sebagai juara grup, kemungkinan merah putih bisa.
Maka ketika sudah di pertandingan selanjutnya (sistem gugur), tim yang lebih siap dan lebih tenang adalah yang bisa memenangkan pertandingan. China, Jepang, Korsel, Denmark, dan Malaysia bila dilihat kualitas tim mereka tidak berbeda jauh dengan tim merah putih. Semua tim tersebut bisa saling mengalahkan.
Maka ketika sudah di pertandingan selanjutnya (sistem gugur), tim yang lebih siap dan lebih tenang adalah yang bisa memenangkan pertandingan. China, Jepang, Korsel, Denmark, dan Malaysia bila dilihat kualitas tim mereka tidak berbeda jauh dengan tim merah putih. Semua tim tersebut bisa saling mengalahkan.
Kunci untuk terus melangkah lebih jauh di Piala Sudirman yaitu harus memenangi pertandingan yang terletak pada ganda putra dan ganda campuran. Melihat dan mengingat persiapan tim merah putih sudah sangat bagus dalam menghadapi Piala Sudirman rasanya penulis optimis minimal tim merah putih bisa mencapai semifinal. Tentu pula harapan untuk menjadi kampiun dan membawa pulang Piala Sudirman bukanlah pekerjaan yang mustahil. Selamat bertanding dan berjuang para pahlawan olahraga tanah air. Tetap kompak dan bertandinglah tanpa beban!
Catatatan: (Abd. Rahman M)Tulisan ini pernah dimuat di Harian Analisa 20 Mei 2017
0 Response to "Menakar Peluang Membawa Pulang Piala Sudirman"
Post a Comment